Jumat, 20 Mei 2011

naskah drama - ramah atau lemah


SINOPSIS
Rumah
(Ramah atau Lemah)
Terdapatlah sebuah cerita dalam Sanggar Kebudayaan, yang bernama Sanggar Rumah Budaya Indonesia. Sanggar kebudayaan ini telah mengembangkan bakat dan minat setiap anggota sanggar untuk mengenal dan mempelajari budaya Indonesia agar tetap lestari. Semuanya berjalan seperti wajarnya sebuah sanggar. Kegiatan menari berbagai jenis tarian dari daerah-daerah di Indonesia tercurahkan tentunya sebagai bukti rasa cinta terhadap bangsa dan negara.
Keadaan seperti ini tidak berlangsung lama, setelah pemilik sanggar yang bernama Siti Kondilati berniat untuk menjual Sanggar Rumah Budaya Indonesia beserta seluruh kebudayaannya kepada pihak Malaysia. Siti Kondilati adalah ketua sekaligus pemilik sanggar. Sifatnya yang selalu mementingkan materi dibandingkan dengan harga diri bangsa selalu mendapatkan tantangan dari salah satu anggota sanggar yang memiliki jiwa nasionalisme serta rasa kepedulian terhadap nasib kebudayaan Indonesia. Diantara teman-temannya, Minahlah yang selalu menentang Siti Kondilati. Dia orang yang memiliki prinsip bahwa hidup untuk menjaga harga diri bangsa atau mati tak terhormat tanpa bisa memperjuangkan identitas bangsa.
Keinginan Siti Kondilati untuk menjual sanggar tidak tercegahkan lagi. Keinginan untuk menukarkan kebudayaan bangsa dengan uang sentak membuat pandangan pro kontra bagi para anggota sanggar. Dengan segala alasan mereka menolak keputusan Siti Kondilati. Tapi tak sedikit dari mereka menerima keputusan tersebut. Setelah mendapat iming-iming materi yang berlipat. Minahlah, dan hanya Minah yang bersikeras untuk menentang penjualan Sanggar Rumah Budaya Indonesia.
Hingga tibalah suatu hari disaat anggota sanggar berlatih menari datanglah pihak Malaysia melihat-lihat kekayaan budaya Bangsa Indonesia. Semua anggota sanggar bingung akan kedatangan pihak asing ke sanggar mereka. Tanpa basa-basi Siti Kondilati mempersilahkan Nur Halimah untuk segera bertransaksi. Siti Kondilati tidak sabar lagi untuk memperkaya dirinya dengan menjual budaya bangsa tanpa memperdulikan harga diri serta identitas bangsa. Sekali lagi hanya Minahlah yang marah terhadap keputusan Siti Kondilati tersebut. Semua teman-temannya telah termakan oleh bengkoknya rasa nasionalisme tak ada lagi harga diri. Tak ada lagi rasa malu yang terpenting adalah uang, uang dan uang. Kekerasan hati Minah untuk mempertahankan kebudayaan bangsa sama sekali tidak diindahkan oleh semua pihak. Beginilah nasib bangsa jika semua rakyatnya tidak menghargai perjuangan pahlawan bangsa.
Kalian adalah kaum yang terjual, terlenakan harta, tak peduli harkat, martabat bangsa. Masih adakah diantara kalian yang memiliki hati sekeras hati Minah? Mari kita jawab dengan waktu mengiringi umur kita.
AMANAT
Sebagai manusia Indonesia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur, seharusnya kita bangga menjadi bagian dari penghuni nusantara ini dengan ciri keramah tamahannya. Namun perlu disadari juga, sebagai bangsa yang ramah, janganlah kita menginterpretasikan keramah tamahan itu dengan pengertian kesediaan untuk memberikan segala sesuatu yang kita miliki, terutama berkaitan dangan jati diri bangsa kepada bangsa lain. Kita harus bisa membedakan antara keramahan dan kelemahan. Pertahankan aset–aset budaya Indonesia ini dengan stabilitas nasional yang mantab.
Sinkronisasi antara peran pemerintah dan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus diwujudkan dengan menjaga subjek-subjek dan produk-produk kebudayaan bangsa ini agar tidak jatuh ke tangan bangsa lain.
KONSEP PEMBAGIAN PERAN
Dalam pembagian peran dan tugas masing-masing anggota kelompok, kami membedakan dan tidak memberi tugas/peran ganda antara tokoh-tokoh/pemain-pemain dalam cerita dengan penaggung jawab atau koordinator penunjang masing-masing bidang sebagai sarana pendukung pementasan drama yang kami persembahkan. Hal ini bertujuan agar tercipta profesionalisme kinerja tiap-tiap anggota dalam kelompok kami. Jadi, tiap-tiap individu dalam kelompok kami dapat fokus terhadap peran dan tugas pada bidang masing-masing.
KONSEP PANGGUNG DAN PROPERTI
Setting tempat yang kami tampilkan dalam drama yang terdiri dari 2 babak ini adalah di dalam sebuah sanggar tari, dengan properti sebagai berikut:
  • papan bertuliskan “Sanggar Rumah Budaya Indonesia”
  • papan bertuliskan “Sanggar Rumah Budaya Malaysia”
  • kursi, meja .
  • beberapa properti tari reog ponorogo
KONSEP MUSIK
Musikalisasi dalam drama berjudul “Rumah (Ramah atau Lemah)” yang akan kami persembahkan ini menggunakan alunan musik dan tetabuhan “live”. Konsep musik yang akan kami sajikan tanpa menggunakan alat perekam/rekaman. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas dari anggota kelompok kami dalam menciptakan suatu karya seni.
Selain itu, musik dan lagu yang akan kami mainkan sebagian besar adalah murni aransemen hasil cipta karya kelompok kami sendiri, khususnya dari Saudara Tino Bayu Tirtanto selaku Assisten Sutradara yang menjadi komposer dan koordinator musik dalam pementasan karya drama “Rumah (Ramah atau Lemah)” ini.
Adapun alat-alat musik yang kami gunakan antara lain:
  • gitar
  • bass
  • perkusi
  • beberapa alat musik tambahan lainnya.
Dengan pemain musik dan vokal sebagai berikut :
Tino Bayu Tirtanto, Beti Restiningsih, Lahel Hardianto E, Risky Nur Winda, Dian Hayati dan Novi Dwi Canti.
KARAKTER PEMAIN
  1. Minah                      : Punya rasa nasionalisme tinggi, teguh pendirian, tegas
  2. Sumiati    : Tidak punya pendirian, sok tahu
  3. Suroyo                     : Cuek, tidak punya pendirian
  4. Siti Kondilati            : Sombong, Materealistis, Centil, Angkuh, Mudah dihasut
  5. Juminten  : Tidak punya pendirian, penghasut
  6. Cemeng    : Lucu, licik, banyak akal
  7. Sukardi    : Culun, lugu, mudah dibohongi
  8. Denok                      : Lucu, tidak adil, sebagai penengah
  9. Nur Halimah            : Sok berkuasa, tidah peduli kepentingan orang lain, kejam
  10. Zaenab                     : Penurut majikan, dapat dipercaya
  11. Pengawal  : Penurut
NASKAH DRAMA
Dengan bangga kami mempersembahkan sebuah karya drama sebagai wujud rasa peduli kami terhadap kebudayaan nusantara, dalam lakon RUMAH (Ramah ataU leMAH). Dengan susunan pemain sebagai berikut:
  1. Devi Nugrahini sebagai Minah
  2. Evi Ika Febriandari sebagai Siti Kondilati alias Bu Dila
  3. Agus Yudi Setyawan sebagai Suroyo alias Roy
  4. Emmaniar Syahrita sebagai Sumiati
  5. Sasi Devita sebagai Juminten
  6. Sukardi Pranata sebagai Kardi
  7. Rista Rahma Yunita sebagai Cemeng
  8. Enung Megawati sebagai Denok
  9. Ervita Meilisa sebagai Nur Halimah dari Malaysia
  10. Fitria Yuniarti sebagai Zaenab dari Malaysia
  11. Kurnia Kusuma dan Novi Rosiana sebagai pengawal dari Malaysia
Jika ada persamaan nama tokoh, tempat dan kejadian, ya memang kami buat seperti itu..
Selamat Menyaksikan…….
BABAK  1
(……….. musik )
Teatrikal dimana Indonesia mencoba mempertahankan kesenian reog ponorogo yang diklaim Malaysia.
Puisi
Rumah
(Ramah atau Lemah)
Gemerlap langit bumi pertiwi
Terpampang ribuan budaya anak bangsa
Menoreh sejarah dunia
Ah………
Sejak lama  jua anugrah itu ada
Namun kini…..esok..
Atau mungkin beberapa dasawarsa lagi
Ragam keindahan itu kan luntur
Bahkan mungkin sirna oleh keramahtamahan
Ramah akan penjajahan
Ramah akan kemunafikan
ramah akan kepicikan negeri seberang
Apakah itu tanda keramahan??
Ataukah tanda kelemahan…
(Musik…)
Inilah karya budaya negeri..
Karya abadi nan jaya..
Oleh karena itu..
Harus dilestarikan dan dijaga..
Sumiati, Suroyo, Minah masuk membersihkan perabot sanggar
  1. Sumiati   : “Ah… (sambil mengusap peluh)
Sampai berapa lama lagi rumah budaya kita ini bisa bertahan ya?”
  1. Minah      : “ Ya sampai hati dan nurani pemuda Indonesia ini sudah                 tidak lagi di Indonesia!”
  2. Suroyo    : “Bener itu… Kenapa ya, cuma kita di sini yang berusaha membuat Indonesia itu lebih Indonesia lagi? Padahal, coba kalian hitung, bandingkan banyaknya rambut yang melekat di kepalamu itu dengan kekayaan budaya kita. Berani taruhan, sampai gundulpun rambut kalian tidak akan mampu menandingi banyaknya budaya Indonesia tercinta ini.”
  3. Sumiati : “Iya… apalagi ditambah dengan budaya kita “DATANG AKUR” itu, waah..malah gak terhitung lagi jumlahnya.”
  4. Minah      : “ Sik..sik..sik..Opo iku DATANG AKUR??”
  5. Sumiati   : “ Ya itu.. buDAya uTANG gAK nyaUR! Yang susah siapa? Yo awake dewe, para generasi penerus bangsa.”
  6. Suroyo    : “ Nek ngunu, jenenge dudu generasi penerus bangsa reek..”
  7. Minah                      : “ Lha terus apa?”
  8. Sumiati   : “ Generasi penerus utang, lha itu yang lebih tepat!”
  9. Suroyo    : ” Yo…yo…bener…bener…”
  10. Minah                      : “ Tapi menurutku, dilihat dari proses terjadinya, DATANG AKUR itu tadi tidak bisa dikategorikan sebagai budaya rek!”
  11. Sumiati   : “ Lha terus apa?”
  12. Minah                      : “Iku mau termasuk seni.”
  13. Suroyo    : “ Lha kok bisa?”
  14. Minah                      : “ Masih gak percaya kalau itu seni? Seni itu adalah apresiasi jiwa. Segala keindahan yang dimunculkan dari kreativitas dan pikiran kita. Dengan kreativitas itu kita bisa memunculkan hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, hal-hal yang tidak layak menjadi layak begitu juga sebaliknya.”
  15. Suroyo    : “ Wah hebat kamu..!”
  16. Sumiati   : “ Lha terus apa hubungannya?”
  17. Minah      : “ Dalam ‘DATANG AKUR’ juga gitu, kalau gak punya seninya pasti gak akan terlaksana!”
  18. Sumiati   : “ Maksudnya gimana to?”
  19. Minah                      : “ Sekarang gini, pemerintah kita ini punya utang di IMF misalnya. Tahu gak kalian apa IMF itu?”
  20. Sumiati&Suroyo: (menggelengkan kepala) “gak..!”
  21. Minah                      : “ IMF itu Instansi Makelar Fulus, jadi badan dunia yang biasanya meminjamkan fulus ke negara-negara di dunia.”
  22. Sumiati&Suroyo    : “ Oooo…..”
  23. Minah                      : “ Suatu hari IMF datang dan bertanya kepada Indonesia.
Ayo bayar utangku…
Pemerintah kita menjawab, waduh kamu tahu sendiri kan, negaraku ini baru terkena bencana. Jadi, saya baru bayar 5 tahun lagi.
IMF menjawab, oke kalau gitu bener ya 5 tahun lagi. Iya pasti, jawab Indonesia.
Selang 5 tahun IMF datang lagi. Mana janjimu Sia??, katanya mau bayar sekarang. Udah 5 tahun kan?
Waduh, baru aja saya buat impor beras, kasihan pak, rakyat saya banyak yang kelaparan, jawab Indonesia lagi..
Lho kan negaramu ini sawahnya terbentang luas kok masih impor?
Lha iya itu.. Saya butuh waktu 5 tahun lagi, kata Indonesia.
Lalu IMF menyetujui, oke saya datang 5 tahun lagi.
Dan 5 tahun kemudian IMF datang. Mana janjimu, katanya mau dibayar sekarang? Waduh bos, uangnya masih dibawa Gayus gak balik-balik.”
  1. Sumiati   : “ Ooo.. Ya itu seninya. Seni untuk meloloskan diri dari jeratan penagih hutang, he…..”
  2. Suroyo    : “ Pinter juga kamu..”
  3. Minah                      : “ Lho..wong aku e.. Minah..”
  4. Sumiati   : “ Aku seng pinter, bukan kamu Nah..”
( Juminten masuk..)
  1. Juminten: “Wah..wah.. pada ngapain ne?kayaknya asyik banget?”
  2. Minah                      : “ Ini lo.. kami bertiga ngobrol-ngobrol masalah seni dan kebudayaan Indonesia ini!”
  3. Juminten: “ Wah.. kebetulan aku juga mau memberi informasi pada kalian.”
  4. Sumiati   : “Informasi apa?”
  5. Juminten: “ Kalian tau gak?”…
i.    (belum selesai bicara, dipotong oleh Minah & Suroyo)
  1. Minah&Suroyo: “ Gak…”
  2. Sumiati   : “ Kalo aku tahu ya gak tanya?”
  3. Juminten: “ Minggu depan itu sanggar kita akan mengadakan pagelaran seni kebudayaan yang berskala internasional. Tidak hanya masyarakat Indonesia saja yang menonton pagelaran kita ini, tapi juga mengundang duta dari Malaysia.”
  4. Suroyo    : “ Wah.. hebat dong..!”
  5. Sumiati   : “ Memang benar? Kamu tahu informasi itu dari mana?”
  6. Juminten: “ Justru itu, pimpinan sanggar rumah budaya ini yang memberi perintah langsung untuk menyampaikan kepada kalian tentang informasi itu!
Hebat gak?”
  1. Sumiati   : “ Wah..asyik dong!Kita jadi terkenal..”
  2. Suroyo    : “ Ya nih..pasti pemasukan yang akan kita dapatkan juga semakin meningkat, berarti honor kita juga naik.
Oh Marni…, kanda akan datang melamarmu..!
  1. Sumiati   : “ Huuu….(sambil memukul kepala Suroyo)
  2. Juminten: “ Itu..itu..Bu Dila datang!!”
(Bu Dila masuk..)
  1. Bu Dila    : “ Asslamualaikum…”
  2. Bersama2: “ Walaikumsalam warohmatulloh..”
  3. Bu Dila    : “ Begini rekan-rekan yang saya hormati. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan beberapa informasi yang penting terkait dengan pengembangan sanggar kita ini. Sebelumnya beri tepuk tangan terlebih dahulu..”
  4. Sumiati   : “ (sambil berbisik) belum ngomong apa-apa kok disuruh tepuk tangan!”
  5. Bu Dila    : “ Rekan-rekan, tadi malam pada jam 7.30 lebih 19 detik, saya sedang krosing internet..”
  6. Sumiati   : (menyela perkataan Bu Dila) “Maaf Bu, yang betul browsing internet.”
  7. Bu Dila    : “Lho…..3x, yang jadi pimpinan ini aku apa kamu ? “
  8. Sumiati   : “Ya sampean to…..”
  9. Bu Dila    : “Makannya itu terserah aku donk mau bilang apa ? kamu mau nggak saya gaji !”
  10. Sumiati  : “Ya…ya..maaf Bu Dila. Silahkan dilajutkan….!”
  11. Bu Dila    : “ Baik saya ulangi lagi tadi malam saya browsing internet disitu jejaring sosial ‘kesbruk’……yang …..(belum selesai bicara)”
  12. Minah    : “Maaf Bu Dila, yang benar itu facebook…….bukan kesbruk….”
  13. Bu Dila    : “ Yang jadi pimpinan itu siapa ? mau kesbruk kek, mau mabuk kek, ku bilang mbokmu juga mau apa ? yang gaji kamu itu siapa ? mau tak potong gajimu ?”
  14. Minah         : “ Iya…..iya…. Bu Dila, saya minta maaf !”
  15. Bu Dila    : “ Saya lanjutkan, di facebook itu saya sempat  “cateringan” dengan duta besar Malaysia……(terdiam sejenak)……kenapa kalian tertawa ? (sambil menunjuk kearah penonton) ada yang salah dengan ucapan saya ? Kenapa kalian diam saja kalau kata-kata saya ada yan salah ? Mau saya pecat kalian semua ?”
  16. Sumiati :  ( sambil berbisik) “ Repot……begini salah …..beegitu salah…!”
  17. Bu Dila : “ Saya lanjutkan lagi, di dalam chating itu, beliau-beliau menawarkan kepada saya untuk bekerjasama. Mereka memberi bantuan dana yang jumlahnya lumayan besar. Yaitu sekitar 4 triliun rupiah kepada kita untuk mengdakan pagelaran akbar seni dan budaya dari sanggar kita ini . bagaimana menurut kalian ?? saya hebat kan ? ha….ha….?!
  18. Suroyo    : “ wah… hebat..hebat. Pimpinan kita memang hebat.”
  19. Bu Dila    : “ Yo mesti lo…siapa dulu??”
  20. Minah                      : “ Jangan senang dulu..kita boleh berbangga, tapi perlu diwaspadai, perlu juga berhati-hati. Jangan sampai kita terlena oleh kesenangan sesaat yang tanpa kita sadari, kesenangan itu semata adalah bagian dari siasat musuh. Harga diri bangsa ini lebih mulia nilainya dibandingkan dengan apapun.”
  21. Sumiati   : “ Wah..wah..maksudnya kamu menuduh mereka punya siasat lain gitu?”
  22. Minah                      : “ Bukan menuduh tapi berhati-hati… Apa salahnya?”
  23. Suroyo    : “ Jangan gitu kamu.. kita ini dimata dunia terkenal dengan bangsa yang ramah. Apa salahnya kita menerima mereka dengan tangan terbuka, toh akhirnya mereka juga memberikan kita keuntungan yang sangat besar. Bayangkan 4 trilyun, gak sedikit lo itu…!”
  24. Sumiati&Juminten                :  “ Betul..betul itu..!”
  25. Bu Dila    : “ Sudah..sudah..jangan berteman.
  26. Juminten: “ Jangan bertengkar buk..(membenarkan perkataan 5)
  27. Bu Dila   : “ Siapa pimpinan disini?”
  28. Juminten: “ oh..iya..iya.. buk lupa..”
  29. Bu Dila    : “ Jadi, saya yang menentukan disini. Sekarang kalian istirahatlah dan jangan lupa hubungi teman-teman yang lain. Besok pagi ada tamu dari negeri seberang mau mengunjungi rumah budaya kita ini. Siapa tahu besok kita dapat coklat tombo ngelak.”
  30. Sumiati, Juminten&Suroyo: ” Siap bos laksanakan!”
  31. Minah         : (hanya menggelengkan kepala)
  32. Sumiati, Minah, Suroyo dan Jumiati meninggalkan panggung
  33. Bu Dila    : “ hahaha….bisa saja mereka itu kubodohi. Sebentar lagi aku akan dapat uang 4 trilyun. Hahaha…untung saja kemarin aku menyetujui kesepakatan dengan duta Malaysia, bahwa sanggar ini telah menjadi hak milik, hak cipta dan hak pengakuan atas kebudayaan mereka. Tinggal tandatangan, uang mengalir, hahaha…… Persetan dengan kebudayaan kita tidak akan kenyang makan kebudayaan yang penting adalah uang.hahaha…..”
Bu Dila keluar meninggalkan panggung.
BABAK 2
  1. Kardi         : “Kemana anak-anak ini? Katanya latihan kok jam segini belum ada yang datang?”
(Dhenok dan Cemeng menyusul Kardi)
  1. Dhenok : “ Akhirnya setelah sekian lama kita menunggu pagelaran seni dari sanggar kita ini sebentar lagi akan terlaksana…………..”
  2. Kardi       : “ Itu artinya budaya kita akan lebih dikenal lagi oleh Negara lain…………..”
  3. Cemeng : “ Eh ngomong-ngomong, katanya pagi ini kita ada jadwal latihan ? Kok sampai jam segini belum ada yang datang ?
  4. Kardi          : “ Ya mungkin masih tidur Meng……”
  5. Dhenok : “ Daripada kita bosan menunggu bagaimana kalau kita main tebak-tebakan dulu…..”
  6. Kardi          : “ Waaaah usul yang baik itu….”
  7. Cemeng : “ Tapi harus ada hukumannya biar seru, bagaimana…..?”
  8. Dhenok : “ Setuju…….tapi apa hukumannya ?”
  9. Kardi          : “ Bagaimana kalau hukumannya yang kalah dipukul 10 kali, bagaimana ?”
  10. Dhenok & Cemeng : “ Setuju….setuju……”
  11. Kardi          : “ Kita undi dulu siapa yang jadi wasit……………..”
( Dhenok, Kardi dan Cemeng mengundi untuk jadi wasit )
  1. Dhenok  : “ Yes…..!! Kalau begitu aku jadi wasit. Sekarang kalian berdua suit untuk menjadi siapa yang memberi pertanyaan dulu………”Ayo sekarang kita mulai………..sekarang   Kardi, kamu dulu yang memberi pertanyaan…….”
  2. Kardi          : “ Oke……….panjang, lancip, gepeng apa hayo…..!”
  3. Cemeng : “ Hmm……..gampang……..jawabanya terong….!”
  4. Kardi          : “ Ha……ha……ha……..salah…..
  5. Dhenok : “ Trus apa jawabannya……?”
  6. Kardi         : “ Yang benar itu pisau………..( bersiap-siap mukul)
  7. Cemeng: “ Tunggu dulu…… Lha iya, pisau itu buat ngupas terong !”
  8. Dhenok : “ Iya bener…..berarti kamu Di yang kalah…..!”
  9. Kardi         : “ Aduh…..”
    1. Dhenok : “ Sekarang gantian, kamu Meng yang ngasih pertanyaan “
    2. Cemeng             : “ Siip…….pertanyaannya, ada dua ekor kuda yang satu menghadap ke barat yang satu menghadap ke timur. Bagaimana cara mereka berhadap-hadapan, hayo……!!”
    3. Kardi  : “ Gampang……. Caranya mereka sama-sama berputar, balik badan, pasti nanti mereka berhadap – hadapan.
    4. Cemeng: “ Ha……ha….. salah !!”
    5. Dhenok : “ Kalau begitu jawabannya apa ?”
    6. Cemeng               : “ Jawabannya yang benar itu ya dibiarkan saja, kuda itu kan sudah berhadap-hadapan yang satu menghadap ke barat, yang satu menghadap ke timur.
    7. Dhenok : “ Kok bisa gitu…?”
    8. Cemeng : “ Coba kita praktikkan, seumpama kita jadi kuda
( memperagakan)
  1. Kardi    : “ Oh…..iya….ya…..( sambil menggaruk kepala )
  2. Dhenok : “ Okey kalo gitu Cemeng menang lagi “
  3. Cemeng : “ Asyik ………… mukul lagi “ (memukul Kardi lagi )
  4. Kardi   : “ Waduh kena lagi……….awas ya tak bales, sekarang gantian…?! apa, aku kena terus. Aku yang ngasih pertanyaan lagi…”
  5. Dhenok : “ Ya…….. gantian kamu sekarang…..!”
  6. Kardi   : “ Awas ya…….pasti kamu gak bisa jawab sekarang…… Ayo ……..bentuknya  bulat, lebar, bolong-bolong…..apa, hayo..?? pasti gak bisa jawab…..hahaha…!
  7. Cemeng : “ Emm….apa ya ? Ha….ha…. Aku tahu….Jawabannnya pasti terong “
  8. Kardi                   : “ Ha…..ha…. apa kok terong terus……salah!! ……kali ini nggak mungkin kamu menang!”
  9. Dhenok : “ Ya udah sekarang apa jawabannya ?”
  10. Kardi    : “ Bulat, lebar, bolong – bolong itu ya kerajang…..” ( siap-siap memukul )
  11. Cemeng : “ Sik….sik….sik…..aku tadi jawab apa…?
  12. Kardi    : “ Terong…….ya salah itu ? Jawabannya  lo keranjang…..!”
  13. Cemeng : “ Lha iya……keranjang itu gawe ngadahi terong ……..!”
  14. Kardi    : “ Iya…….iya…..!”
  15. Cemeng : ( memukul Kardi )
  16. Kardi    : “ Duh…..kena terus aku…..!”
  17. Dhenok : “ Ayo sekarang gantian kamu 8  yang ngasih pertanyaan !”
  18. Cemeng: “ Oke…… Dibuka marah-marah…..ditutup malah ngintip-ngintip, apa hayo?”
  19. Kardi    : “ Ah….jorok kamu Meng…… malukan dilihat banyak penonton……”
  20. Cemeng : “ Ya pikiranmu itu yang jorok…. ! Ayo, cepet jawab !”
  21. Kardi    : “ Apa ya ? Nyerah wis…….”
  22. Dhenok : “ Ya udah jawannya apa ? ”
  23. Cemeng : “ Jawabannya, orang naik becak kehujanan…..ha…..ha…..ha….. “
  24. Kardi    : “ Ooh…..iya…ya…..wis sekarang aku jadi wasit aja…….dari tadi aku terus yang kena pukul…… “
  25. Dhenok : “ Ya deh…….ayo gantian…….aku ya yang ngasih pertanyaan……..”
  26. Cemeng : “ Ya…..ayo…… “
  27. Kardi   : “ Berapa jumlah banyaknya bulu kucing jantan yang ditinggal sama kucing betina selama 3 tahun “
  28. Cemeng : “ Waduh…….gak tahu aku jawabannya kamu tahu gak Nok?
  29. Dhenok : “ Gak……gak tahu juga aku…..berapa ya……? “
  30. Cemeng : “ Tanya wasit aja……kamu tau gak jumlahnya berapa ? “
  31. Kardi    : “ Gak…….” (langsung dipukul oleh Dhenok & Cemeng )
  32. Cemeng : “ Ya kamu berarti yang kalah Di…….”
  33. Dhenok : “ Iya kamu kan gak bisa jawab….”
  34. Kardi  : “ Oalah…….aku lagi yang kalah…..udah….udah selesai….selesai….dah aku pulang kampung aja “
  35. Cemeng : “ Lho….lho….tunggu dulu….mau kemana…..jangan ngambek gitu…..dunk….
  36. Kardi    : “Aku mau pulang aja……apa, dari tadi aku main diakalin terus………..
  37. Dhenok : “ Ya……ya deh maaf….kita ini kan Cuma bercanda……”
  38. Kardi  : “ Bercanda sih bercanda, tapi kalau kena pukul terus benjol semua kepala ini…..”
(Minah , Sumiati dan Juminten masuk )
  1. Juminten: “ Assalamu’alaikum…………..”
  2. Serentak: “Wa’alaikumsalah………………………..”
  3. Juminten: “ Waduh, kalian semua sudah latihan nih kelihatannya ??”
  4. Dhenoh : “ Ya pasti donk, kami kan bersemangat sekali, ya gak ??”
  5. Kardi   : “ Iya bener banget, apalagi ini semua untuk menyambut duta Malaysia yang datang ke sanggar kita ini. Ya….agar mereka tidak kecewa dengan sambutan kita.”
  6. Minah   : “ Udah cepat kalian latihan, ntar keburu Bu Dila datang.
  7. Dhenok : “ Ayo…..ayo kita mulai latihan “
( mereka pun memulai latihan dipimpin oleh Minah )
(Bu Dila datang)
151.  Bu Dila   : “Assalamualaikum..”
152.  Bersma2                : “Walaikumsalam..”
153.  Bu Dila   : “Stop..stop..Hentikan dulu latihannya…Tamu yang sudah kita nanti-nantikan datang. Silahkan masuk Mak cik..”
154.  (Nur Halimah, Zaenab dan 2 pengawal masuk diiringi musik)
155.  Nur H                     : “Assalamualaikum..selamat pagi semua…
Terima kasih atas sambutannya..Saya sangat bahagia telah sampai di Indonesia ini…
Saya telah melihat sebentar latihan kalian tadi, dan saya sangat kagum.”
156.  Bu Dila   : “Terimakasih..terimakasih…Ya itu semua kan berkat bimbingan dari saya…he…jadi malu…”
  1. Nur H                   : “Oo…oo….ya bagus..bagus….”
  2. Bu Dila : “Terimakasih..sekarang kalian semua istirahat dulu..saya mau ngobrol-ngobrol dengan tamu kita ini.”
  3. Serentak: “Baik bu..”
  4. (Sumiati, Minah dan Jumiati keluar)
  5. Zaenab                : “Bagaimana bu Dila, tentang persetujuan kita kemarin?”
  6. Bu Dila : “Hoho… ya pasti beres. Asalkan ada uang semua lancar..”
  7. Nur H                   :” Tolong Zaenab kamu keluarkan kopernya…
Ini surat persetujuannya, anda tinggal tanda tangan saja!!
Tolong dibaca dulu…”
  1. Bu Dila : “(Membaca surat persetujuannya)
Dengan ini kami menyatakan bahwa hak kepemilikan dan hak cipta atas rumah budaya Indonesia beserta segala yang berkaitan didalamnya telah dipindah tangankan.
Demikian surat itu kami buat atas dasar kesadaran dan persetujuan bersama.
Ttd
Siti Kondilati
Selaku pimpinan utama
Oke, tinggal tanda tangan kan?”
165. Nur H                      : “Ya..silahkan…”
(Bu Dila menandatangani surat persetujuan itu)
166. Bu Dila    : “Ah…sekarang feenya dong..!”
167. Nur H                      : “Tenang saja…. Zaenab bawa kesini kopernya!!”
(Nur H menyerahkan koper kepada Zaenab)
  1. Nur H                   : “Ini lo kamu hitung dulu jumlahnya. Bener apa gak?”
  2. Bu Dila  : “Siiiip….Wah….kaya mendadak ini aku.ha..ha…”
  3. Zaenab  : “ganti papan namanya!!!”
  4. Pengawal 1 dan 2: “Baik bos..!!”
  5. (Pengawal 1 dan 2 mengganti papan nama rumah budaya Indonesia dengan papan nama rumah budaya Malaysia)
(Para pelatih dan penari masuk)
  1. Minah                   : “Lho..lho..tunggu…tunggu…apa-apaan ini?
Mengapa kalian rusak sanggar kami?
174. Bu Dila: “Sudah kalian diam saja!
  1. Kalian semua dengarkan perkataan saya, mulai hari ini sanggar budaya    kita ini milik Nur Halimah.”
  2. Suroyo             : “Trus nasib kami gimana bu?”
177. Minah      : “Iya..kalau kami keluar dari sini, keluarga kami makan apa??
178. Nur H      : “Ooo…kalau masalah itu tenang aja. Kalian semua gak perlu kawatir! Tolong jelaskan Zaenab!”
179. Zaenab   : “Begini saudara-saudara sekalian . Anda tidak perlu kawatir tentang hal itu. Bos saya telah menyiapkan segalanya. Jadi, kalian semua bisa tetap bekerja disini dengan gaji yang lebih besar. 10x lipat dari gaji anda sekeluarga.”
Serentak terkejut kecuali Minah :”Ooo”……………
180. Kardi                       : “Wah….asyik dong kalau begitu..”
181.  Dhenok&Cemeng: “Iya..iya..horeee…..”
182. Minah                      : “Tunggu dulu…Aku tidak setuju. Walaupun kalian gaji aku 100x lipat! Aku lebih memilih kebudayaanku ini tetap di tanganku!”
183. Bu Dila    : “hey.. jangan membuat ulah kamu disini. Lihatlah ini surat pernyataan yang sudah kutandatangani kalau kamu masih berulah. Jangan harap mendapat uang sepeserpun. Sekarang juga kamu kupecat dengan tidak hormat.”
184. Minah                      : “Hey keparat!! Aku tidak akan makan uang harammu itu.Dimana hati nurani kalian, dimana rasa nasionalisme kalian?Ini yang kalian sebut bangsa yang ramah? Ramah terhadap penindasan. Ya??”
185. Juminten: “Sudahlah jangan munafik kamu..Mengapa kita harus punya rasa nasionalisme kalau pemerintah kita aja tidak punya…”
186. Minah                      : “Bangsat kalian semua!Negeri ini pasti menyesal telah melahirkan makhluk-makhluk jahanam seperti kalian….Kalian benar-benar lemah!!”Kurang ajar!!(Sambil hendak memukul Bu Dila dan Nur H)
(Serempak mereka memegangi pundak Minah dan menghajar Minah….)
Musik
Inilah nasib budaya negeri
Terkikis oleh budaya asing
Adakah hari esok nan cerah
Untuk menggapai asa…
SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar